Bismillahirohmanirrohim

Just another WordPress.com weblog

Marisa-san I am Sorry to hear that…

Marisa-san, I am sorry to hear this…

 

 

Namanya Murata Marisa-san. Dia teman lab, sekaligus sahabat lab-lah kalau boleh dibilang sahabat. Dari lima cewek di Lab Udai (Utsunomiya Daigaku) atau Utsunomiya University, Marisa-san paling senior, master tahun ke dua. Empat orang yang lainnya Master tahun pertama satu orang dan sisanya adalah yonensei (undergraduate tahun ke empat).

 

Penampilannya sangat cantik, untuk ukuran cewek Jepang. Matanya memang sipit dikit, tapi tinggi tubuhnya seratus tujuh puluh enam centimeter, dengan berat yang ideal. Sebagai orang yang berkecimpung di hutan, dan per satwa liaran seperti halnya Mbakyu Geudebleh, kami walaupun cewek-cewek, selalu rajin ke hutan dengan celana jean. Demikian juga Marisa-san. Hobi-nya nge-jeans dan bawa ransel.

 

Walau keliatan anak gunungan, karena wajahnya cantik, justru bukan machooo yang tampak, tapi unik. Cewek berambut sebahu itu hobinya yang asyik adalah tersenyum dan selalu ramah, terutama pada Mbakyu Geudebleh tentunya. Bahasa Inggrisnya-pun di atas rata-rata orang Jepun. Jadi bila komunikasi ngobrol-ngobrol biasa dengan Mbakyu Ge, dia jarang-jarang sekali buka kamus digitalnya. Walau kadang dibuka juga sih, kalau pas yang technical term banget dan dia kesulitan menerjemahkan artinya dalam bahasa Inggris.

 

Marisa-san juga asisten lapangannya Sensei Udai Mbakyu Geudebleh, Profesor Masaaki Koganezawa. Saat dua tahun lalu Mbak Ge ke hutan Nikko, pernah ditempatkan satu barak. Barak adalah tempat menginap di hutan. Dari barak itulah, Mbak Ge semakin dekat, sering sekali Marisa-san curhat.

 

Pandangan matanya teduh. Kalau boleh dibilang sendu. Tapi bukan kependekan dari sendu alias seneng duit. Tapi matanya benar-benar sendu alami. Dan belakangan Mbakyu Ge tahu, kalau Marisa-san juga menggunakan kontak lens. Saat mau tidur, dia sibuk melepas kontak lens-nya, dan merendamnya di tempat penyimpanan aman yang kecil dalam kotak ukuran diameter tak lebih dari tiga centimeter, ada sedikit air atau alkohol ya? Agar senantiasa bersih dan besok paginya bisa dipakai ulang.

 

Kedekatan selama di hutan, walau Mbak Ge bertemu hanya di malam hari saat akan tidur. Tetap saja membawa rasa senang, karena seharian, Mbakyu Ge hanya sendirian di hutan ngurusi Dung Beetle dan si Ee beruang Jepang-nya. Betsu-betsu kenkyu-lah (penelitian sendiri-sendiri-lah).

 

Mbakyu Ge memandang, dia cukup dekat dan mendapat perlakuan baik dari Sensei.

Pada tanggal 30 Januari 2009 lalu, Mbak Ge bertemu. Saat itu hapyou doktor (presentasi doktor) Mbakyu Ge. Marisa-san juga hadir, dan pada tanggal yang sama juga telah menyerahkan thesis s2 nya ke Udai.

Ada dua mahasiswa master yang akan lulus bersamanya, dirinya dan Kimura-san. Mbakyu Geudebleh memandangnya baik-baik saja, dan semangat mengerjakan thesisnya juga terhitung gambatteru hito lah (orang yang penuh semangat).

 

Lalu, apa yang terjadi hari ini? Mbakyu Ge datang ke Udai untuk farewell party dengan seluruh member lab. Dan dari Kei-san anak yonensei.

 

“Ge-san, Marisa-san tidak datang. Dia menyatakan berhenti dan tidak sanggup ujian thesis”  perlahan dengan kalimat pelan sekali Kei-san menceritakan pada Mbakyu Ge.

 

“Usooooooo (bohong)….mengapa bisa terjadi?” mata Mbakyu Ge melotot seperti mau keluar, lalu tiba-tiba mulai berair, mengeluarkan air secara otomatis. Karena mengingat support Marisa-san padanya saat gagal submite disertasi s3 3 Juni 2008 lalu. Dia penyemangat melalui email yang selalu menguatkan.

 

“Sensei yasahi kara, daijoubu yoo Ge-san…(Sensei baik kok, jadi nggak apa-apa deh)” dan seabrek sms di ketai (handphone) Mbakyu Ge.

 

“Sensei memberikan koreksian power point sehari sebelum hapyou, dan banyak yang harus diganti dan diperbaiki dari power point-nya. Dan saat dia menyatakan tidak siap mengganti, Sensei marah”  jelas Kei-san.

 

“Marisa-san panik, dan ikut marah juga. Lalu dia menyatakan berhenti tidak akan hapyou besok, lalu semua berantakan” Kei-san menceritaknnya tentu dalam bahasa Jepang.

 

“Mengapa Sensei  baru kasih koreksian sehari sebelum hapyou?itu kan memang bikin panik” bela Mbakyu Ge atas perlakuan Sensei pada Marisa-san.

 

“Tapi Sensei juga bersikeras, kalau tidak mau mengganti dan perbaiki power point seperti permintaannya, dilarang hapyou besok itu…” kata Kei-san sambil geleng-geleng.

 

Jeruk di lawan jeruk ya empuk. Lah batu dilawan batu yang pecah. Hubungan harmonis asisten lapangan dan pembimbing itu, hancur dalam sehari sebelum Marisa-san mempresentasikan thesis S2-nya.

 

Pelajaran moral pertama, jangan menentang kemauan Sensei, apalagi di saat kritis menjelang presentasi ujian, mau ujian s1 kek, ujian s2 nek, ujian s3 kek…

 

Pelajaran moral kedua, diperlukan sabar lebih dalam dan sedikit lebih lama, minimal dua puluh empat jam saja, maka persoalan sebenarnya bisa diatasi.

 

“Marisa-san, gomenn nee, nanimo tetsudatte kurenai kara (Maafkan aku, tak bisa membantu apapun)” tambah merah mata Ge-san. Seharusnya minimal dia bisa menyemangati Marisa-san di saat-saat kritisnya.

 

Pelajaran moral ketiga, dekati dan ajak bicara terus dan terus dari hati ke hati, rekan sahabat, teman kita, yang akan mengikuti ujian masuk atau ujian akhir S1, S2 atau S3.

Beban stress mereka sungguhlah sebesar gunung api, yang butuh penyaluran larvanya dengan cara aman, tanpa letusan.

 

Saat di kereta menuju pulang ke Tokyo, bahkan sampai pulang di apato. Airmata Mbakyu Geudebleh masih terus mengalir. Mengingat semua perjuangan Marisa-san di lab wildlife management di Udai yang heroik, penuh dedikasi. Tetapi ternyata runtuh, sehari sebelum gelar master disandangnya.

 

Kelebihan orang Islam, kita masih ada tempat mengadu yaitu Allah SWT. Kalaupun sahabat, rekan, teman ada dimana-mana, tetapi kadang penderitaan tugas akhir itu memang benar-benar tiada tara. kalo nggak percaya, maka rasakan saja sendiri ya.

Mbakyu Geudebleh saja kapok ngambil doktor di Jepun.

 

Lah buat seorang Marisa-san, kemana dia mengadu? teman di lab semua sibuk persiapan lulus S1, dan dia sibuk persiapan lulus S2, dan Mbayu Ge sibuk persiapan lulus S3 saat tiga minggu lalu.

Hanya dalam hitungan minus dua puluh empat jam dari saat seharusnya Marisa-san lulus masternya, dia harus menelan pil pahit, bentrok besar dengan Sensei.

 

Pelajaran moral terakhir, serahkan lebih awal power point presentasi ujianmu, sehingga masih ada waktu memperbaiki bila Sensei mencoret -moret power point yang menurut versi kita adalah sangat sempurna itu.

 

UTSUNOMIYA UNIVERSITY

TOCHIGI PREFECTURE, 20 February 2009.at  5.15 PM

Marisa-san, I am sorry to hear this…

September 16, 2009 - Posted by | Mbakyu Geudebleh

No comments yet.

Leave a comment